Sumpah Palapa
“Lamun huwus
kalah Nusantara isun amukti Palapa. Lamun kalah ring Gurun, Pahang, Dompo,
Seran, Tanjungpura, Palembang, Bali, Sunda,Tumasik samana isun amukti
Palapa”.
|
Latar belakang
Faktor-faktor yang mendorong lahirnya Kerajaan Majapahit sebagai
kerajaan besar, antara lain sebagai berikut :
- Letak Majaphit secara geografis sangat strategis, yaitu di
tengah-tengah wilayah Indonesia sehingga mudah memainkan peran dalam menyatukan Indonesia,
baik secara politik maupun ekonomi.
- Pusat kerajaan di tepi sungai besar yang
mudah dilayari sehingga hubungan
dengan dunia luar sangat mudah.
- Tanahnya subur dan banyak
menghasilkan bahan-bahan ekspor,
khususnya hasil pertanian utamanya beras dan kacang-kacangan.
- Sebelum Majapahit telah adanya
kerajaan-kerajaan Jawa Timur yang merintisnya, khususnya Singasari di bawah
Kertanegara. Gagasan Nusantara telah diperoleh dan pelaksanaannya sebagian
telah dilakukan.
- Munculnya tokoh-tokoh kerajaan, seperti
R. Wijaya, Hayam Wuruk, dan Patih Gajah Mada yang melaksanakan gagasan
Nusantara dengan "Sumpah Palapa"nya.
- Tidak ada lagi saingan kerajaan di Indonesia, Sriwijaya
sudah makin lemah setelah serangan dari Cholamandala, sedangkan Kediri
akibat siasat yang dilakukan oleh R. Wijaya.
- Di luar Indonesia tidak ada lagi
kerajaan besar yang dapat menjadi perintang. Kerajaan Cholamandala di India dan dinasti Yuan
di Cina terpecah-pecah setelah raja/kaisar besarnya meninggal.
Sumber Sejarah :
Dari dalam negeri :
- Prasasti Butak ( proses pelarian R.
Wijaya sampai pendirian K.Majapahit )
- Kidung Panji Wijaya Krama ( kehidupan R.
Wijaya sebelum menjadi raja Majapahit )
- Pararaton ( kisah K Singosari sampai K
Majapahit )
- Sutasoma karangan Mpu Tantular,
- Negarakretagama karangan Prapanca.
- Prasasti Kudadu.
Berita Cina Ying−Yai Sheng Lan
Kerajaan Hindu-Buddha yang terakhir dan terbesar di Jawa adalah
Majapahit. Kerajaan ini terletak di sekitar Sungai Brantas, pada awalnya berpusat di hutan Tarik kemudian pindah ke
Desa Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.
Kerajaan ini didirikan oleh Raden Wijaya, menantu Kertanegara, sekitar
tahun 1293 M. Dengan dibantu para bangsawan Singasari lain yang setia seperti
Nambi, Lembu Sora, Ronggo Lawe, dan Kebo Anabrang, kemudian meminta bantuan
kepada Arya Wiraraja, yang sebelumnya adalah pejabat Singasari.
Pada masa Raden Wijaya sempat terjadi
pemberontakan yang dipimpin oleh
sahabat−sahabat dekat raja yang merasa tidak puas dengan jabatannya, di antaranya
oleh Lembu Sora, Nambi, dan Ranggalawe.
- Politik Dalam negeri
Pada masa Majapahit, sistem ketatanegaraan telah terstruktur
dengan baik. Raja dianggap sebagai penjelmaan dewa di dunia dan ia memegang
kekuasaan tertinggi. Dalam melaksanakan pemerintahan raja
dibantu oleh Dewa Sapta Prabu yang
bertugas memberikan
pertimbangan-pertimbangan kepada raja. Anggota dewa sapta prabu adalah para
sanak saudara raja. Pemerintahan terlaksana secara teratur :
·
tingkat pusat /kota),
·
tingkat menengah (vasal),
·
tingkat desa.
Pemerintahan
tingkat pusat
· Dewan Sapta
Prabu, merupakan penasihat raja yang terdiri atas kerabat keraton dengan jabatan
rakryan i hino, rakryan i halu, rakryan i sirikan.
· Dewan
Pancaring Wilwatikta, merupakan lembaga pelaksana pemerintahan (lembaga
eksekutif) semacam dewan menteri yang terdiri atas rakryan mahapatih, rakryan
tumenggung, rakryan demung, rakryan rangga, dan rakryan kanuruhan.
· Dewan Nayapati
(lembaga yudikatif) yang mengurusi peradilan.
· Dharmadyaksa,
lembaga yang mengurusi keagamaan terdiri atas Dharmadyaksa ring Kasaiwan
untuk agama Hindu dan Dharmadyaksa ring Kasogatan untuk agama Buddha.
Pemerintahan tingkat daerah
· Di tingkat
tengah terdapat pemerintah daerah yang dikepalai oleh seorang raja kecil atau
bupati. Mereka dapat mengatur daerahnya secara otonom, tetapi setiap tahun
berkewajiban datang ke ibu kota sebagai tanda tetap setia dan tunduk kepada
pemerintah pusat Majapahit. Daerah-daerah demikian disebut mancanegara yang
berarti negara (daerah) di luar daerah inti kerajaan.
·
Jadi, untuk mengikat hubungan maka setiap tahun
daerah taklukan harus mengirim upeti ke Majapahit. Di samping itu juga ada
petugas Majapahit yang berkeliling ke
daerah-daerah untuk melihat kedaan rakyatnya. Untuk memantau ketertiban dan
keamanan dikirimlah duta nitiyasa (petugas sandi) ke seluruh Nusantara
Pemerintahan
Desa
·
pemerintahan desa yang
dikepalai oleh seorang kepala desa.
·
Pemerintahan dilakukan menurut
hukum adat desa itu sendiri.
·
Struktur pemerintahan desa masih asli dan kepala
desa dipilih secara
demokratis.
B. Politik Luar negeri
·
Dari peninggalan sejarah diketahui bahwa masyarakat
Majapahit relatif hidup rukun, aman, dan tenteram. Majapahit menjalin hubungan
baik dan bersahabat dengan negara tetangga, di antaranya dengan Syangka
(Muangthai), Dharma Negara, Kalingga (Raja Putera), Singhanagari (Singapura), Campa dan
Annam (Vietnam), serta Kamboja. Negara−negara sahabat ini disebut dengan Mitreka
Satata.
C. Urusan keagamaan diurus oleh dharmadhyaksa, yaitu :
1.
Dharmadhyaksa ring kasiwan untuk urusan agama Hindu.
2.
Dharmadhyaksa ring kasogatan untuk urusan agama
Budha.
Disebutkan bahwa pada masa Hayam Wuruk, penganut agama Hindu
Siwa dan Buddha dapat bekerjasama. Hal ini diungkapkan oleh Mpu Tantular dalam Sutasoma
atau Purusadashanta yang berbunyi “bhinneka tunggal ika tan hana dharma mangrawa” yang
artinya: “di antara pusparagam agama adalah kesatuan pada agama yang mendua.”
D. Kesusanteran
Zaman Majapahit bidang
sastra sangat berkembang. Hasil sastranya dapat dibagi menjadi zaman Majapahit
Awal dan Majapahit Akhir.
a)
Sastra Zaman
Majapahit Awal
1. Kitab Negarakrtagama, karangan Empu Prapanca.
Isinya tentang keadaan kota Majapahit, daerah-daearah jajahan, dan perjalananan
Hayam Wuruk keliling ke daerah-daerah.
2.
Kitab Sotasoma, karangan Empu Tantular. Di dalam
kitab ini terdapat ungkapan yang berbunyi
"Bhinneka tunggal ika tan hana dharma mangrawa" yang kemudian dipakai
sebagai motto negara kita.
3. Kitab
Arjunawijaya karangan EmpuTantular. Isinya tentang raksasa yang dikalahkan oleh
Arjuna Sasrabahu. Kitab Kunjarakarna, tidak diketahui pengarangnya.
b) Sastra Zaman Akhir Majapahit
1.
Kitab Pararaton, isinya menceritakan riwayat
raja-raja Singasari dan Majapahit.
2.
Kitab Sudayana, isinya tentang Peristiwa Bubat.
3.
Kitab Sorandakan, isinya tentang pemberontakan Sora.
4.
Kitab Ranggalawe, isinya tentang pemberontakan Ranggalawe.
5.
Kitab Panjiwijayakrama, isinya riwayat R.Wijaya
sampai dengan menjadi Raja Majapahit.
6.
Kitab Usana Jawa, isinya tentang penaklukan Bali oleh
Gajah Mada dan Arya Damar.
7.
Kitab Tantu Panggelaran, tentang pemindahan gunung
Mahameru ke Pulau Jawa oleh Dewa Brahma, Wisnu, dan Siwa.
Bidang Hukum
1. Majapahit di
masa pemerintahan Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada, telah diciptakan hukum/
perundangan-undangan Majapahit. Kitab hukum/ perundangan-undangan Majapahit ini
disebut Kutaramanawa yang termuat dalam
dua piagam, yakni Piagam Bendasari (tidak bertarikh) dan Piagam Trowulan
(bertarikh 1358).
2. Kitab
Kutaramanawa terdiri atas 275 pasal, namun dalam terjemahannya hanya disajikan
272 pasal karena satu pasal rusak dan yang dua lainnya merupakan ulangan pasal
yang sejenis. Kitab perundang-undangan ini meliputi hukum pidana dan perdata dan disusun dalam 20 (dua
puluh ) bab.
Keruntuhan Majapahit
Faktor-faktor yang menyebabkan keruntuhan kerajaan Majapahit :
1. Gajah Mada
tidak melakukan kaderisasi semasa hidupnya.
2.
Tidak ada tokoh yang cakap menggantikan peran Gajah
Mada dan Hayam Wuruk dalam menjalankan pemerintahan.
3.
Adanya Perang Paregreg untuk memperebutkan kekuasaan
4.
Kekuatan militer Majapahit berkurang tidak seimbang
dengan luasnya wilayah kekuasaan.
5. Mulai berkembangnya Islam sebagai kekuatan
politik
Rangkuman berbagai sumber.
Komentar
Posting Komentar