Pengakuan pertama atas RI
Mencari dukungan Internasional
Mesir Negara Pertama yang Mengakui
Kedaulatan Indonesia
Kemerdekaan
Indonesia tidak saja ditandai dengan pembacaan proklamasi kemerdekaan oleh
Soekarno – Hatta yang disertai upacara pengibaran bendera yang diiringi lagu
Indonesia Raya. Kemerdekaan bangsa ini belum berarti apa-apa sebelum adanya
pengakuan dari negara lain. Tentu tidaklah mudah upaya untuk memperoleh pengakuan dari negara - negara lain, apalagi perhatian dunia masih terpusat di Eropa setelah Perang Dunia II selesai.
Mesir tercatat sebagai negara pertama yang mengakui proklamasi kemerdekaan Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari kedekatan emosional tokoh-tokoh nasional seperti, M. Natsir, Sutan Syahrir, H. Agus Salim dll dengan tokoh-tokoh pergerakkan Islam di Mesir seperti Hasan Albana dengan gerakkan Ikhwanul Muslimin yang juga turut memperjuangkan kemerdekaan bumi-bumi Islam yang lainnya. Negara-negara yang tercatat sebagai pemberi pengakuan pertama kepada RI selain Mesir adalah Syria, Iraq, Lebanon, Yaman, Saudi Arabia dan Afghanistan. Selain negara-negara tersebut Liga Arab (Arab League) juga berperan penting dalam Pengakuan RI. Secara resmi keputusan sidang Dewan Liga Arab tanggal 18 November 1946 menganjurkan kepada semua negara anggota Liga Arab (Arab League) supaya mengakui Indonesia sebagai negara merdeka yang berdaulat. Alasan Liga Arab memberikan dukungan kepada Indonesia merdeka didasarkan pada ikatan keagamaan, persaudaraan serta kekeluargaan.
Dukungan dari Liga Arab dijawab oleh Presiden Soekarno
dengan menyatakan bahwa antara negara-negara Arab dan Indonesia sudah lama
terjalin hubungan yang kekal “karena di antara kita timbal balik terdapat
pertalian agama”. Sementara pernyataan Sutan Syahrir atas dukungan
negara-negara Arab yang diungkapkan di Harian Ikhwanul Muslimin, Mesir pada 5
Oktober 1947 … “Adalah suatu kenyataan adanya kecenderungan mengembang dalam
ummat Islam di dunia ke arah persatuan dan peleburan dalam satu persudaraan
Islam yang bertujuan memutuskan rantai-rantai penjajahan asing … Indonesia
menyokong Pakistan sepenuhnya. Indonesia negeri Islam dan akan berjuang di
barisan kaum Muslimin.”
Pengakuan Mesir dan negara-negara Arab tersebut melewati
proses yang cukup panjang dan heroic. Begitu informasi proklamasi kemerdekaan
RI disebarkan ke seluruh dunia, pemerintah Mesir mengirim langsung konsul
Jenderalnya di Bombay yang bernama Mohammad Abdul Mun’im ke Yogyakarta (waktu
itu Ibukota RI) dengan menembus blokade Belanda untuk menyampaikan dokumen
resmi pengakuan Mesir kepada Negara Republik Indonesia. Ini merupakan pertama
kali dalam sejarah perutusan suatu negara datang sendiri menyampaikan pengakuan
negaranya kepada negara lain yang terkepung dengan mempertaruhkan jiwanya. Ini
juga merupakan Utusan resmi luar negeri pertama yang mengunjungi ibukota RI
Pengakuan dari Mesir tersebut kemudian diperkuat dengan ditandatanganinya Perjanjian Persahabatan Indonesia – Mesir di Kairo. Situasi menjelang penandatanganan perjanjian tersebut duta besar Belanda di Mesir ”menyerbu’ masuk ke ruang kerja Perdana Menteri Mesir Nokrasi Pasha untuk mengajukan protes sebelum ditandatanganinya perjanjian tersebut. Kedatangan Duta besar Belanda bertujuan mengingatkan Mesir tentang hubungan ekonomi Mesir dan Belanda serta janji dukungan Belanda terhadap Mesir dalam masalah Palestina di PBB. Menanggapi protes dan ancaman Belanda tersebut PM Mesir memberikan jawaban sebagai berikut: ”menyesal kami harus menolak protes Tuan, sebab Mesir selaku negara berdaulat dan sebagai negara yang berdasarkan Islam tidak bisa tidak mendukung perjuangan bangsa Indonesia yang beragama Islam. Ini adalah tradisi bangsa Mesir dan tidak dapat diabaikan”. Raja Farouk Mesir juga menyampaikan alasan dukungan Mesir dan Liga Arsb kepada Indonesia dengan mengatakan ”karena persaudaran Islamlah, terutama, kami membantu dan mendorong Liga Arab untuk mendukung perjuangan bangsa Indonesia dan mengakui kedaulatan negara itu”
Pengakuan dari Mesir tersebut kemudian diperkuat dengan ditandatanganinya Perjanjian Persahabatan Indonesia – Mesir di Kairo. Situasi menjelang penandatanganan perjanjian tersebut duta besar Belanda di Mesir ”menyerbu’ masuk ke ruang kerja Perdana Menteri Mesir Nokrasi Pasha untuk mengajukan protes sebelum ditandatanganinya perjanjian tersebut. Kedatangan Duta besar Belanda bertujuan mengingatkan Mesir tentang hubungan ekonomi Mesir dan Belanda serta janji dukungan Belanda terhadap Mesir dalam masalah Palestina di PBB. Menanggapi protes dan ancaman Belanda tersebut PM Mesir memberikan jawaban sebagai berikut: ”menyesal kami harus menolak protes Tuan, sebab Mesir selaku negara berdaulat dan sebagai negara yang berdasarkan Islam tidak bisa tidak mendukung perjuangan bangsa Indonesia yang beragama Islam. Ini adalah tradisi bangsa Mesir dan tidak dapat diabaikan”. Raja Farouk Mesir juga menyampaikan alasan dukungan Mesir dan Liga Arsb kepada Indonesia dengan mengatakan ”karena persaudaran Islamlah, terutama, kami membantu dan mendorong Liga Arab untuk mendukung perjuangan bangsa Indonesia dan mengakui kedaulatan negara itu”
Dengan adanya pengakuan Mesir tersebut Indonesia secara de
jure adalah negara berdaulat. Masalah Indonesia menjadi masalah Internasional.
Belanda sebelumnya selalu mengatakan masalah Indonesia “masalah dalam negeri
Belanda”. Pengakuan Mesir dan Liga Arab mengundang keterlibatan pihak lain
termasuk PBB dalam penyelesaian masalah Indonesia.
Suatu kondisi yang patut kita kritisi selang beberapa tahun dari kemerdekaan Indonesia, Israel memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 14 Mei 1948 pada pukul 18.01. Sepuluh menit kemudian, pada pukul 18.11, Amerika Serikat langsung mengakuinya. Pengakuan atas Israel juga dinyatakan segera oleh Inggris, Prancis dan Uni Soviet. Seharusnya hal yang sama bisa saja dilakukan oleh Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan Uni Soviet untuk mengakui kemerdekaan Indonesia pada saat itu. Tetapi hal tersebut tidak terjadi, justru negara-negara Muslim lah yang berkontribusi konkret dalam mengakui dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Buktinya pada 11 November 1945 melalui pidato dari radio Delhi, Jinnah menginstruksikan agar tentara India Muslim tidak ikut bertempur melawan pejuang Indonesia. Akibatnya, empat hari kemudian, 400 orang tentara India Muslim melakukan disersi. Di Surabaya disersi itu melibatkan Kapten Mohammad Zia Ul-Haqq yang belakangan menjadi Presiden Pakistan. Pada 8 November itu juga Masyumi menghubungi Raja Ibnu Suud dan memohon agar beliau memaklumkan kemerdekaan Indonesia kepada jama’ah haji yang sedang wuquf di Padang Arafah dan meminta agar jama’ah haji mendoakan perjuangan bangsa Indonesia.
Suatu kondisi yang patut kita kritisi selang beberapa tahun dari kemerdekaan Indonesia, Israel memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 14 Mei 1948 pada pukul 18.01. Sepuluh menit kemudian, pada pukul 18.11, Amerika Serikat langsung mengakuinya. Pengakuan atas Israel juga dinyatakan segera oleh Inggris, Prancis dan Uni Soviet. Seharusnya hal yang sama bisa saja dilakukan oleh Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan Uni Soviet untuk mengakui kemerdekaan Indonesia pada saat itu. Tetapi hal tersebut tidak terjadi, justru negara-negara Muslim lah yang berkontribusi konkret dalam mengakui dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Buktinya pada 11 November 1945 melalui pidato dari radio Delhi, Jinnah menginstruksikan agar tentara India Muslim tidak ikut bertempur melawan pejuang Indonesia. Akibatnya, empat hari kemudian, 400 orang tentara India Muslim melakukan disersi. Di Surabaya disersi itu melibatkan Kapten Mohammad Zia Ul-Haqq yang belakangan menjadi Presiden Pakistan. Pada 8 November itu juga Masyumi menghubungi Raja Ibnu Suud dan memohon agar beliau memaklumkan kemerdekaan Indonesia kepada jama’ah haji yang sedang wuquf di Padang Arafah dan meminta agar jama’ah haji mendoakan perjuangan bangsa Indonesia.
Simpati rakyat Mesir terhadap perjuangan di Indonesia antara
lain juga diperlihatkan pada rapat umum partai-partai politik dan organisasi
massa pada 30 Juli 1947, di antara pembicara bahkan terdapat (Presiden) Habib
Burguiba dari Tunisia dan Allal A Fassi, pemimpin Maroko. Rapat umum itu
menyetujui satu resolusi. Antara lain: (1). Pemboikotan barang-barang buatan
Belanda di seluruh negara-negara Arab; (2). Pemutusan hub diplomatik antara
negara-negara Arab dan Belanda. (3). Penutupan pelabuhan-pelabuhan dan
lapangan-lapangan terbang di wilayah Arab terhadap kapal-kapal dan
pesawat-pesawat Belanda (secara konkret poin ini dilaksanakan di Terusan Suez);
(3). Pembentukan tim-tim kesehatan untuk menolong korban-korban agresi Belanda
(secara konkret Mesir mengirim misi Bulan Merah ke Indonesia lengkap dengan
obat, alat kesehatan dan tim dokter).
Setiap aksi Belanda di tanah air
kita yang mengancam kemerdekaan Indonesia disambut dengan
demonstrasi-demonstrasi anti Belanda di negara-negara Timur Tengah. Mengingat
perjalanan sejarah tersebut, adalah suatu keharusan bangsa dan negara Indonesia
berperan aktif dalam menyelesaian krisis di Palestina, Libanon dan
negara-negara Islam lainnya khususnya di Timur Tengah. Karena ternyata
Indonesia mendapatkan pengakuan internasional karena berhasil meng-image-kan
diri sebagai negara berdasarkan ajaran Islam. Oleh karena itu, adalah hal yang
wajar ummat Islam di Indonesia mendapatkan akomodasi lebih baik dari negara
saat ini karena bangsa ini dimerdekakan oleh semangat ukhuwah Islamiyyah dari
negara-negara muslim.
Disarikan dari berbagai sumber.
Komentar
Posting Komentar